Post Image

Ning Zulkarnain adalah fashion designer asal Banten yang saat ini tinggal di Bandung, Jawa Barat. Karir Ning didunia mode bermula dari bisnis kecil dibidang fashion tahun 1986. Dalam perkembangannya Ning mulai dengan belajar cara membuat pakaian.

Nama Ning mulai dikenal ketika dia menemukan teknik melukis pada material yang menggunakan akrilik. Pada saat itu Ning adalah satu-satunya desainer yang membuat pakaian dengan teknik tersebut. Pada tahun 1998, Ning menjadi bagian dari organisasi “Persatuan Perancang Busana Muslim” di Jawa Barat. Organisasi ini sangat aktif dan rajin memberikan pelatihan kepada anggotanya. Pengembangan teknis diperkenalkan, teknik baru yang disebut teknik reaktif, penggambaran dan penguapan.

Setelah cukup lama bergelut di industri fashion, Ning berencana untuk mengangkat Tenun Baduy dari Banten, alasan utamanya adalah karena Banten adalah kampung halamannya dan sejauh ini tidak ada yang mengangkat kain tersebut dengan serius.

Berangkat dari keinginan mengangkat kain warisan budaya leluhurnya, Ning mulai melakukan penelitian tentang kain tenun. Kain ini dibuat dengan menggunakan warna alami, memiliki motif terbatas (garis dan kotak) dan hanya dibuat satu meter persegi kaki mengikuti tradisi.

Perjalanan panjang Ning Zulkarnain di dunia mode menghasilkan penghargaan Best Creative Inacraft 2005. Pengalamannya di panggung fashion show juga bukan hanya sekedar di dalam negeri tetapi juga sampai ke luar negeri. Ning pernah tampil di ASC Fashion Week, dan Fashion & Culture yang keduanya digelar di New York, Amerika Serikat pada tahun 2018.

Pada Indonesia Fashion Week 2020 yang akan digelar pada 14-15 November nanti, Ning akan mengangkat tema “Defensionis” yang dimana memiliki arti pertahanan dalam Bahasa Latin. Koleksi busana modest-nya terinspirasi dari beberapa material ramah lingkungan atau yang bisa disebut dengan sustainable. Material yang digunakan adalah bahan linen yang terbuat dari tanaman rami.

Tanaman rami merupakan tanaman yang tangguh dan dapat ditanam dalam kondisi tanah yang buruk. Selain bahan linen, koleksi busana ini pun menggunakan bahan denim yang dimana bahan denim terbuat dari bahan katun yang mengandung serat alami berupa kapas atau gossypium. Koleksi busananya dirancang dengan menggunakan bentuk pola asimetris serta siluet busana yang membentuk H-Line sehingga terkesan longgar dan elegan.

Next
Vini Alya Hapsari Salurkan Energi Kebaikan untuk Wanita Indonesia Lewat ‘Eco Festive’

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.